MATEMATIKA (WACHID RIZAL SYAIFULLOH)

PERMATA BERLAPIS NODA


PERMATA BERLAPIS  NODA

Beranda rumah ini terasa sejuk sekali. Kunikmati semilir angin yang membawa segelintir air  sisa  hujan siang tadi. Aroma tanah basah juga terasa melengkapi indahnya senja ini. Ditemani secangkir kopi capucino hangat, dan sepotong kue yang tersisa dari kulkas, oleh-oleh anaku yang kuliah di Jogja. Aku menikmati indahnya kehidupan,  dibalik peristiwa kelam masa laluku.
Bu Hajah Joko, begitu sebagian orang kampung biasa memanggilku. Tukang sayur bahkan selalu memanggilku dari luar tembok rumah dengan sebutan “Burik”!. Terdengar unik dan lucu memang, tapi aku suka mendengarnya, karena aku memang mantan istri Carik. Tak apalah, karena kurasakan akrab dan tak ada kesenjangan ekonomi maupun status. Meskipun aku sudah lima kali naik haji.
Sebenarnya sebutan Hajah bagiku bukan sekedar embel-embel karena aku sudah menunaikan rukun Islam yang ke lima. Tetapi aku merasa ibadahku belumlah cukup menebus dosa-dosa yang lama terukir dan tercatat malaikat  Rokib. Catatan dosa dalam ingatanku saja belum terbayar oleh ibadah Haji dan ketekunanku beribadah serta bershodaqoh, apalagi dosa yang tak ku ingat ?
Entah berapa kali aku menyakiti perasaan orang lain tanpa mempedulikan risiko yang terjadi pada mereka. Apalagi jika aku mengingat orang tuaku, ingin sekali menghujat dan menyakiti hati dan perasaan mereka hingga mati berdiri karena tak kuasa menahan perihnya hati. Semua itu karena orang tuaku !!! ah…….betapa pahitnya mengingat semua itu.
Peristiwa masa lalu itu kunilai murni kesalahan orang tuaku. Ibuku yang seorang gadis kampung, yang sempat menjadi bunga desa Trayun (kata mbah Wiro, tetangga sebelah rumah nenek), adalah sosok gadis yang begitu cantik dan menawan, Banyak pemuda tampan dan kaya yang naksir ibuku. Bahkan kata nenekku, (yang sempat kutemui dan kurawat selama 2 tahun, sebelum beliau meninggal), dulu ada pemuda yang bunuh diri gara-gara cintanya ditolak ibuku. Tragis memang. Seorang gadis desa yang karena kecantikannya mampu membuat anak seorang kepala desa bunuh diri.
Rasanya kecantikan dan pesona ibuku sudah jelas tergambar dari peristiwa tersebut. Namun kecantikan yang dimiliki ibuku ternyata tak sepadan dengan namanya yang indah, yaitu Sri (hanya Sri). Ibuku jadi sosok gadis yang sombong, angkuh, cuek, kejam, dan suka mempermainkan pria yang mencintainya untuk mendapatkan apa yang diinginkan. “HARTA”.
Beberapa kali lamaran pemuda desa  ditolak ibuku, dengan dalih tak sepadan dengan kecantikan yang dimilikinya. Pernah suatu ketika, datang mandor Tebu yang bernama Larmo dari desa Kayutan, datang melamar ibuku dengan ditemani mbah Wiro dengan membawa hantaran ala kadarnya. Ia bermaksud melamar ibuku untuk anaknya Joko yang bekerja  di pabrik tebu. Namun lamaran itu ditolak mentah-mentah oleh ibuku, dengan cara yang tidak sopan. Ibuku melempar semua hantaran lamaran, dan memaki-makai dengan kata-kata yang tak pantas diucapkan seorang wanita.
“Bawa pulang makanan-makanan anjing itu. Aku tak doyan memakannya, berikan pada anjing di hutan sana ! dan katakan pada anakmu, Sri pantang menikah dengan orang kampung, dekil dan miskin seperti kalian !! seru ibuku sambil melempar makanan itu.
Tak dapat terbayangkan betapa malu dan murkanya nenekku mendengar pernyataan itu. Dengan serta merta nenekku menahan tangan Sri, dan menampar wajahnya. Namun yang terjadi justru diluar dugaan. Sri justru membalas tamparan itu lebih keras serta mendorong tubuh nenek hingga tersungkur dan jatuh tepat di tepi dipan yang terbuat dari kayu jati tua. Benturan itu menimbulkan luka yang cukup parah pada nenekku, dan tanpa ada perasaan bersalah, Sri lari meninggalkan rumah tanpa peduli bagaimana nasib ibunya. Dari mbah Wiro aku tahu, justru pak mandor yang membawa nenek ke pak Haji Shomad, seorang Ustad sekaligus seorang tabib.
Sri yang sombong itu terus berlari tanpa tahu arah. Ia bertekad untuk pergi dari desa yang menurutnya kampungan itu. Hingga langkahnya terhenti ketika ia melihat sekelompok pemuda naik mobil melaju di jalan menuju ke desanya. Ia menghentikan mobil itu dengan cara menghadang di tengah jalan. Kontan saja laju mobil itu terhenti secara tiba-tiba.
“ Ada apa dik ?” Tanya seorang pemuda tampan berjaket biru, dengan setengah berlari menutup pintu mobil dan menghampiri ibuku.
“ Tolong saya mas, saya mau pergi jauh dari kampung ini” ujarnya dengan nafas terengah-engah.
“Lho ada apa to ? ayo masuk dulu ke mobil saya, dan jelaskan masalahmu “ ajak pemuda tampan itu sambil memegang bahu Sri. Tatapan mata Sri jadi tertuju dan terpesona dengan ketampanan dan sikap pemuda itu.
Mobil melaju pelan ke arah desa Trayun. Tiba-tiba, ketika mobil memasuki tugu masuk desa Trayun, Sri minta mobil dihentikan. “ Jangan bawa saya balik ke desa yang kampungan itu mas ! saya takut !”
“ Ok. Saya tepikan dulu mobilnya, dan ceritakan dulu masalahmu. Toh kami tidak terburu-buru”, ujar pemuda itu dengan tatapan penuh simpatik. Sementara teman temannya yang berjumlah enam itu hanya berdehem sesekali, seakan menyindir pemuda itu.
“Nah, sekarang ceritakan masalahmu, kita dengarkan. Tapi kenalkan dulu, nama saya Prambudi, teman saya yang kribo itu Susanto, yang pakai kacamata itu Rudi, yang berkumis itu Roni, dan yang bertubuh kerempeng itu Mamad alias Kyai dan yang terakhir yang paling ganteng dan dari tadi diam itu namanya Kiddy, tapi nama kampungnya Sukidi“, ujar pemuda itu memulai pembicaraan.
“ Nama saya Sri mas, saya dilahirkan dengan kesalahan besar. Karena saya lahir di kampung yang penduduknya tentu saja kampungan. Saya tadi melarikan diri karena saya mau diperkosa pemuda kampung anak mandor tebu. Saya tidak mencintainya mas. Bagaimana mungkin saya mencintai pemuda kampung. Saya pingin pergi jauh dan menjadi yang kayak di tivi-tivi itu, saya pingin dilihat orang banyak dan punya uang banyak”. Ujar Sri panjang lebar tanpa takut berbohong.
“ Ingin jadi artis maksudmu ?” Tanya Prambudi buru-buru sambil sedikit kaget dan mengamati lekuk tubuh Sri yang memang aduhai, meski terlahir sebagai gadis kampung.
“ Tapi arah kami mau ke desa Trayun dik. Dan itu desamu. Cita-citamu itu salah dan dosa besar dik. Segeralah Istighfar”, cletuk pemuda kerempeng yang sedikit berjenggot yang biasa dipanggil Kyai.
“Saya tidak peduli mas, saya mau meninggalkan simbok dan kampungku. Saya malu jadi orang kampung!” tagas Sri sedikit berteriak.
“ Sudah-sudah jangan berantem di jalan. Sekarang begini saja, dik Sri tetap pulang kampung, terus dik Sri bisa berteman dengan kita yang pemuda kota. Nanti kalau dik Sri sudah tahu bagaimana kehidupan kota, dik Sri boleh ikut kita ke kota dan jadi artis seperti keinginanmu. Tapi sekarang dik Sri pulang dulu ke simbok, dan minta maaf dulu ya. Bener kata Kyai, dosa lho melawan ibunya sendiri” kata Rudi pemuda yang berkumis tipis dan berbadan gelap itu sampil berkedip member kode pada teman-temannya supaya meng-iyakan.
“ Tapi saya nanti di antar sampai rumah ya mas, pakai mobil ini”, katanya dengan sedikit memohon.
“ Biar semua warga tahu, kalau Sri pantasnya jadi orang kota dan naik mobil”, lanjutnya.
“ Baiklah dik Sri, sekarang ayo kita meluncur menuju ke desamu. Kamu nanti ndak usah bilang apa-apa. Kamu langsung minta maaf dengan ibumu aja”, tukas Prambudi.
Mobil Jimmy butut itu melaju pelan menyusuri jalan menuju desa Trayun, sebelum akhirnya melewati jalan berbatu yang lumayan sulit dilalui dan diapit bentangan sawah yang cukup subur.
Sementara itu, di rumah nenekku, beberapa orang masih bergerombol di dalam maupun di teras rumah. Di dalam rumah, mbah Wiro masih mencoba menenangkan hati mbah ku yang sakit hati dengan ibuku, Sri. Dari mbah Wiro, aku tahu, sempat nenekku mengumpat dan mengutuk anaknya.
“Anak setan !! anak tak tahu diri ! masih bagus dia aku pungut dari tengah hutan, aku pelihara dan kuanggap anakku sendiri, sekarang bukannya mengabdi dan patuh padaku, malah bikin hati orang tua sakit !, tahu akan jadi anak durhaka, dulu aku biarkan saja Sri mati diterkam harimau!”, teriak nenekku sambil menangis dan memegangi kepalanya yang diperban.
Sementara itu di teras rumah, kepala dukuh, pak mandor, dan beberapa tetangga masih ngobrol sambil mengutuk kelakuan Sri yang tak berbudi, sebagai anak angkat nenekku.
“ Mungkin Sri itu anak pelacur yang hamil tanpa suami, atau anak orang gila yang yang kebetulan melahirkan di hutan, jadi maklum saja kalau dia bakatnya besok melacur atau jadi orang gila rupa dan harta”, kata salah satu penduduk yang ikut nimbrung di situ. Dan masih banyak lagi umpatan warga untuk mengutuk kelakuan Sri, Ibuku.
“Sudahlah, tidak ada gunanya membahas itu, sekarang tugas kita menenangkan hati mbah Marju yang ditinggal Sri. Kasihan dia, sudah janda, gak punya anak, eh sekalinya punya anak angkat, durhaka! ”, kata kepala dukuh Giyono yang rambutnya sudah memutih semua
Pembicaraan mereka terhenti ketika melihat mobil Jimmy yang melaju semakin pelan, yang akhirnya berhenti tepat di depan rumah nenekku. Beberapa pasang mata berdiri sambil menatap kearah pintu mobil dan menunggu siapa yang datang.
Seorang pemuda keluar dari pintu kanan mobil. Memakai jaket berwarna biru tua, kemudian diikuti dibukanya pintu mobil belakang yang juga keluar beberapa pemuda berjaket sama. Jumlah pemuda itu ada 6 orang. Mereka langsung bertanya pada pak Giyono yang memang berdiri di paling depan.
“Assalamualaikum pak, bolehkah saya bertanya, apakah benar ini desa Trayun? “ tanya Kiddy alias Sukidi dengan santun.
“Oh..benar mas, ini desa Trayun. Maaf kalau boleh saya Tanya, mas ini siapa dan ada maksud apa datang ke desa kami? Maaf banyak pertanyaan saya mas, karena desa kami jarang kedatangan orang kota” kata pak Giyono tak kalah santunnya.
“Oh maaf pak, saya lupa memperkenalkan diri. Nama saya Kiddy, teman teman saya namanya Rudi, Roni, Mamad, Prambudi, dan yang masih di mobil Susanto. Dia masih tertidur. Kami mahasiswa UGM dari Fakultas Teknik Mesin dan Fakultas Kedokteran. Kami ditugaskan dari kampus kami untuk mengabdi di desa Trayun untuk membuat saluran air, pengadaan air bersih, dan tenaga listrik tenaga air terjun, serta penyuluhan kesehatan masyarakat. Karena kami tahu dari data  di kampus, desa ini sulit air,  belum ada listrik serta banyak warga masyarakat yang sakit tapi tidak mau periksa ke puskesmas. Saya membaca di sebuah buku,  ada tiga air terjun yang sangat besar dibalik bukit desa Trayun ini” jelas Kiddy sok ilmiah.
“Iya benar mas, tapi mbok monggo  masuk dulu dirumah mbok rondo Marju. Tapi maaf rumahnya sedikit kotor dan kacau mas. Maklum tadi baru ada peristiwa memalukan.” ajak pak Giyono sambil mempersilakan tamu magang atau KKL (Kuliah Kerja Lapangan) tersebut masuk ke rumah mbah Marju.
“Memang ada peristiwa apa pak ?” Tanya Prambudi memancing pembicaraan, meski dia sudah tahu dari Sri, yang sengaja dilarang masuk oleh Prambudi, sebelum keadan aman dan bisa diterima.
Pak Giyono tidak langsung menjawab, tapi membiarkan pemuda-pemuda tersebut duduk di dalam rumah dan tatapan mata pemuda-pemuda itu terkesiap melihat dua orang yang sudah cukup tua, kira-kira berumur 50 hingga 60 tahun tersebut. Yang satu memakai kebaya kuno dan bersusur, duduk memegangi seorang nenek yang matanya sembab, dan pelipis kepalanya diperban cukup tebal. Dari balik perban itu masih tampak sisa darah yang sudaha mengering. Mungkin belum sempat dibersihkan, atau mungkin juga masih merembes darahnya karena pengobatan yang kurang tepat.
“Kenalkan, itu yang berbaju hitam namanya mbah Wiro, tetangga mbah Marju yang punya rumah. Tentang apa yang terjadi di rumah ini, ada baiknya mbah Marju yang menjelaskan sendiri, itupun kalau mbah Marju mau”, kata pak Giyono setengah berharap, mbah Marju mau menceritakan kejadian itu pada pemuda KKL tersebut.
Perlahan mbah Marju berjalan mendekati pemuda-pemuda itu, dan duduk di ujung dipan yang terletak tak jauh dari kursi tamu kota tersebut. Dengan menghela nafas yang dalam, mbah Marju mulai berbicara lirih.
“Maaf nak, sebenarnya peristiwa yang saya alami ini tidak hanya sekali ini saja. Namun hari ini Sri sungguh keterlaluan“ ujar mbah Marju dengan suara dalam seakan menahan beban hidup yang menumpuk. Ia memulai pembicaraan.
Dari suaranya Kiddy dan teman temannya sudah bisa menebak bahwa Sri adalah dipihak yang salah. Meski mbah Marju belum menceritakan semuanya. Dan mbah Marju adalah ibu yang tabah dan kuat menjalani hidup.
“Saya itu janda mas. Suami saya cuma mandor tebu, sebelum akhirnya sekarang digantikan pak Larmo dari desa Kayutan yang tadi pagi melamar Sri untuk anaknya Joko. Meninggalnya suami saya, mandor Marju, juga karena Sri…hu…hu…”, tangis mbah Marju tak terbentung lagi sambil menutupi wajahnya.
Pak Giyanto sedikit terperanjat dengan pengakuan mbah Marju, karena ia pikir selama ini, kematian mandor Tarju murni karena masuk angin, karena sering menginap di lahan tebu.
“ Ayo mbah, kuasai dirimu dan ceritakan dengan gamblang, supaya kita bisa menghukum Si Sri sialan itu !” kata pak Giyono sedikit keras.
“Sri bukan anak saya !! warga sini semua tahu, namun Sri tidak tahu, karena warga menghargai dan menghormati keinginan saya untuk menyimpan rahasia ini. Saya sangat mencintai Sri, karena saya tidak punya anak. Saya sangat memanjakan Sri. Mungkin itu kesalahan terbesar saya, meskipun suami saya sudah sering mengingatkan untuk tidak memanjakan Sri. Tapi saya tidak tega, karena saya sangat mencintai anak itu. Bahkan sampai sekarang. Saya menemukan Sri ketika suami saya sedang mencarikan kayu bakar saya, sore itu. Kata suami saya, dia berjalan menyusuri hutan, sampai dalam jauh, karena ranting kering ditepi hutan tidak ada. Ketika itu sudah menjelang magrib. Akhirnya ditengah hutan, suami saya mendapatkan ranting kering meski sedikit basah, karena habis hujan. Karena sudah gelap, suami saya bermaksuh menjalankan Sholat Magrib di hutan. Ia mencari mata air untuk Wudhu. Ketika ia berjalan ke arah grojogan di tengah hutan itu, ia mendengar suara harimau berkali-kali, dan kelihatannya tidak hanya satu. Suami saya merasa ada yang aneh. Kemudian ia mencari arah suara itu, dan ternyata tidak jauh dari grojogan itu. Ia melihat tiga harimau besar sedang mengelilingi timbunan semak-semak yang bergerak-gerak. Merasa ada yang aneh, suami saya mencoba berbicara pelan dengan harimau itu dengan mata ilmu yang dimiliki ketika jadi pawang macan dulu. Karena suami saya sedikit memahami bahasa hewan. perlahan namun pasti, harimau itu menyingkir dari gundukan semak. Suami saya langsung mendekati semak itu dan membuka semak tersebut……ternyata….dibawah semak itu, ada seorang bayi perempuan yang kotor sekali. Darah memenuhi tubuh bayi itu.
“Mungkin  bau darah itulah yang membuat harimau itu mendekat”, cerita mbah Marju panjang lebar.
“Oh. Jadi Sri itu dari lahir saja sudah dibuang orang tuanya ya mbah? Mungkin orang tuanya sudah tahu kalau Sri bakal jadi anak yang berperangai buruk !”, seloroh Tono tanpa rasa bersalah.
“Huss !! jangan memotong pembicaraan orang, lagian mbah Marju belum selesai bercerita!”, kata Kiddy menghakimi Toni yang nyerocos memotong pembicaraan.
“Ndak papa dik, biar saya lanjutkan cerita saya, biar plong hati saya”, mbah Marju menyela.
“Setelah suami saya menemukan bayi itu, ia mohon izin pada harimau itu untuk merawatnya. Kemudian suami saya membawa bayi Sri itu pulang. Saya yang dirumah sudah ketir-ketir menunggu suami saya, sangat terkejut ketika suami saya pulang tanpa membawa kayu bakar, tapi justru membawa bayi yang belepotan darah dan bau sekali. Kata suami saya, ia meninggalkan kayu bakar di hutan, takut jatuh kalau sambil membawa bayi Sri. Sejak itu, saya mengumumkan ke warga desa, setelah sebelumnya minta izin pak lurah untu mengangkat bayi itu jadi anak saya. Karena setelah ditunggu beberapa hari, ternyata tidak ada yang mengaku kehilangan bayi. Saya rawat bayi itu dengan tulus dan iklas. Saya rela tidak makan seharian, daripada anak saya tidak makan, saya rela tidak tidur semalaman, kalau Sri sedang panas. Begitu juga suami saya. Bahkan sampai usia 15 tahun ini saja, Sri belum pernah merasakan mandi air dingin, apalagi mencuci baju di sungai. Ia paling malas bekerja. Dirumah ini, sayalah pembantu sekaligus yang mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi di hadapan warga, saya selalu menutup-nutupi kelemahan Sri. Saya takut kehilangan dia”.
“Sampai suatu hari, Sri ingin memiliki sepeda onthel baru seperti milik Suyati, anak kepala desa, yang kakaknya bunuh diri karena cintanya ditolak Sri. Jangankan membeli sepeda, menyekolahkan Sri sampai kelas 3 SD saja suami saya sudah tidak mampu. Bukan karena mbayar sekolahnya, tapi Sri selalu minta uang lebih untuk beli ini, beli itu. Sri tidak mau sekolah jalan kaki. Ia selalu naik angkot yang mbayarnya mahal. Akhirnya Sri sekolah hanya sampai klas 3 SD. Mungkin karena tidak melanjutkan sekolah itu, Sri jengkel dengan bapaknya. Ia akhirnya minta dibelikan sepeda onthel. Mana mampu ? dengan gaji yang cuma cukup untuk makan saja, rasanya sulit memenuhi keinginannya. Apalagi hutang kami banyak sekali semenjak Sri permintaanya neko-neko”.
“Meninggalnya suami saya sepuluh tahun yang lalu, diluar dugaan saya mas. Suami saya yang segar waras – wiris, tiba-tiba saya lihat sudah tidak bernafas lagi di kamar mandi belakang rumah. Waktu itu saya baru pulang dari rumah bu lurah, membantu mengupas singkong hasil panenannya. Kira-kira magrib juga waktu itu, ketika Bejo adik suami saya, yang sudah meninggal juga, sempat mendengar pertikaian antara Sri dan suami saya. Katanya Sri memaki-maki bapaknya, yang dituduh tidak memperhatikan anaknya, tidak sayang anaknya, dan macam-macam mas. Hingga akhirnya suami saya marah, dan menampar wajah Sri berkali-kali. Karena itu urusan anak dan bapak, Bejo tidak mau ikut campur. Bejo akhirnya pulang ke rumahnya dan mencuci cangkulnya. Belum selesai Bejo mencuci cangkulnya, ia mendengar teriakan mas Marju, tetapi hanya sesaat. Lalu Bejo berlari langsung menuju ke kebun belakang rumah. Disitu ia hanya sempat melihat Sri berlari kencang menjauh ke arah hutan”
“Dalam keadan sedikit gelap, Bejo memanggil nama mas Marju. Tapi yang dipanggil tidak menyahut. Sampai kemudian ia melongok kea rah jurang yang ada di belakang kebun. Ia melihat ada senter yang masih menyala, dan sarung yang sudah tidak asing lagi dilihat. Yaitu sarung mas Marju. Dengan sedikit tertatih-tatih, Bejo mencari jalan pintas di samping rumah, melewati jalan setapak yang menuju kearah tebing curam itu. Betapa terkejutnya Bejo, setelah dilihatnya ternyata mas Marju tergeletak lemah di samping batu besar yang ada di dasar jurang itu”
“Dengan sekuat tenaga, Bejo mengangkat mas Marju dengan membopongnya dan membawa naik dengan mencari jalan memutar. Sampai akhirnya sampailah di rumah saya, dan menceritakan semua yang dia lihat dan dia dengar. Bisa mas bayangkan, bagaimana sakitnya hati saya melihat keadaan suami saya. Hingga beberapa hari mas Marju saya rawat dirumah. Ia tidak mau diobati dukun, tabib, maupun pak mantra di Puskesmas” cerita mbah Marju dengan gamblangnya.
“ Lalu Sri tidak pulang mbah ?” Tanya Roni penasaran.
“Sama sekali mas, saya juga memikirkan Sri waktu itu. Kemudian sehari sebelum mas Marju meninggal, ia berpesan pada saya”.
Mbok, seandainya saya meninggal, tolong jangan menyalahkan Sri. karena semua salah saya, yang tidak becus menjadi Bapak. Maafkan dia mbok, dan rawat dia dengan baik.” begitu kata suami saya.
“Itulah mas, sampai esok harinya suami saya tidak bangun lagi, dan semua warga tahunya suami saya masuk angin beberapa hari. Sebab kematiannya tersimpan rapat oleh saya dan Bejo”, sambung bu Marju.
“Kemudian Sri pulangnya kapan mbah ?”, Tanya Roni lagi-lagi penasaran.
“Sri pulang ketika 40 hari Bapaknya. Keadaanya mengenaskan. Badannya kurus, katanya dia berjalan dari desa ke desa untuk melarikan diri. Namun tiap malam ia dibayangi kesalahannya. Antara takut pulang dan takut dosa, ia pulang ketika hari sudah gelap. Dan setelah ia menceritakan semuanya, tak kuasa saya memarahinya. Rasanya sakit hati ini sudah lenyap dengan melihat kondisi tubuhnya yang kotor dan kurus” kata mbah Marju.
“Setelah itu Sri jadi anak yang baik mas. Tapi tidak lama. Seminggu kemudian Sri kembali jadi anak yang badung dua kali lipat. Sudahlah mas saya capek menerangkan. Kalau masalah hari ini, Sri sudah memakan habis kesabaran saya, dia mendorong dan membenturkan kepala saya, ketika dia tahu maksud kedatangan mandor Larmo dari desa Kayutan. Dia menolak mentah-mentah. Dan mencaci maki semua yang ada di rumah ini. Saya malu mas, kemudian ia keluar rumah dan saya tidak tahu kemana larinya”, cerita bu Marju melas.
“Seandainya Sri pulang, apa mbah Marju mau memaafkannya ?”, tanya Prambudi yang sedari tadi diam.
“Tentu saja tidak. Betul kan mbah ?”, desak pak Giyanto yang semakin jengkel dengan Sri setelah tahu penyebab kematian pak Marju.
“Saya bingung  mas, saya akan tetap mencari Sri, dan minta maaf”, ujarnya
“Apa kamu sudah gila mbah ? Sri anak durhaka dan jahat seperti itu masih kamu bela ?” pak Giyono sedikit marah.
“Bagaimanapun saya tidak akan melanggar janji saya pada suami saya, meski sesakit apapun kenyataan yang saya terima”. Ujar Mbah Marju lirih.
“Ehem…. Maafkan saya mbah, kalau boleh saya memotong. Seandainya Sri pulang lagi, apakah mbah Marju benar-benar memaafkannya ? dan pak mandor Larmo juga memaafkan? “ tanya Kyai pelan.
“ Saya akan memaafkan dan melupakan semua salahnya”, ujar mbah Marju mantap.
Setelah melakukan perbincangan yang cukup lama, akhirnya Sri dipanggil untuk menemui Simboknya, dan sujud minta maaf. Semua serasa damai beberapa hari.
Kehadiran mahasiswa KKL tersebut ternyata menambah makmur desa Trayun. Di desa itu sudah ada listrik tenaga air terjun, ada saluran air bersih, dan masyarakat semakin sadar kesehatan diri, dan mau periksa ke dokter jika sakit.
Namun dibalik kemajuan itu, ada musibah yang sampai sekarang membuatku benci pada ibuku. Ibuku jatuh cinta pada Susanto. Mahasiswa Kedokteran yang ternyata ketika di mobil (Susanto menemani Sri di mobil saat pulang) sudah melancarkan aksi kibul pada ibuku. Ibuku yang tidak memahami konsep keperawanan, dengan dalih pemeriksaan kesehatan, akhirnya dihamili Susanto, lima hari sebelum KKL itu balik ke kota.
Nenekku kembali dilanda emosi yang tak terbendung. Ibuku di usir dan tak termaafkan lagi. Akhirnya ibuku pergi tanpa arah dan tujuan. Sampai akhirnya Ia ditemukan seorang mucikari ketika melihat ibuku yang molek, tertidur di emper toko. Dengan dalih dicarikan pekerjaan menjadi “artis” seperti cita-cita ibuku, akhirnya keterbatasan pola pikir ibuku membawa dirinya ke jurang kemaksiatan.
Dengan pakaian seksi dan dandanan menor, ibuku dijadikan “artis” sebuah Nigh Club yang memang biasa memperdagangkan wanita. Bahkan sampai bayi itu (aku) lahir, Ia masih menjadi wanita penjaja cinta. Secara ekonomi ibuku mampu menggaji pembantu untuk merawatku.
Kejadian yang membuat aku sampai saat ini trauma adalah, ketika usiaku sudah menginjak SMP, aku sering melihat ibuku membawa pulang lelaki hidung belang. Dan tanpa rasa malu sedikitpun, ibuku (maaf) pernah bercinta di depan mataku ketika aku tidur di ranjang ibuku. Kejadian yang sering kulihat dan kuamati ternyata membawa dapak yang sungguh buruk bagi kehidupanku. Aku terbiasa berpakaian seronok, bersolek, merokok, bahkan kadang mabok. Tak jarang pula aku mabok bersama ibuku…Na’udzubillahimindalik……jijik rasanya mengingat peristiwa itu.
Karena kebebasan pergaulanku-pun, aku mengalami hal yang sama dengan ibuku. Aku hampir setiap malam di ajak ibuku ke tempat-tempat hiburan, dan diperkenalkan dengan Om-om berkantung tebal, dan tampang menjijikkan. Setiap hari, ibuku menyuruhku meminum pil kecil-kecil, yang katanya untuk kesehatan. Sebelum akhirnya aku tahu, bahwa itu pil KB. Peristiwa itu berlangsung hingga aku SMA kelas 2.
Tak ada perbuatan nista yang berbuah delima. Lama kelamaan aku melihat ibuku mengeluhkan sakit perut yang tak tertahankan. Rasa sakit itu kadang membuat ibuku pingsan. Hari demi hari kulihat ibuku jarang keluar rumah. Tubuhnya yang dulu semok, semakin terkikis habis oleh penyakit kelamin. Tamu-tamu ibuku pun semakin surut. Karena ibuku tak lagi mampu melayani tamu seperti dulu. Kata om Bimo, yang suatu waktu aku layani, bilang kalau ibuku tidak memuaskan lagi, dan baunya kayak bangkai !!
Ibakah aku ? tidak !! aku tidak terlatih untuk memiliki rasa iba. Dan hal itu yang ditanamkan ibuku ketika merayu om-om yang berkantong tebal. Bahkan kadang mencuri dompet pelanggan. Sehingga ketika ibuku sakit dan meminta padaku untuk mengantar periksa pun, aku tidak mau. Aku lebih senang pergi mencari uang untuk mabok dan membeli baju-baju seksi. Raga ibuku yang semakin ringkih akhirnya tak kuat menahan deraan sakit yang memang tak di obati. Hingga suatau ketika, kulihat pemandangan memilukan itu. ibuku mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di kamarnya. Naasnya lagi, aku baru tahu setelah dua hari kematian ibuku. Karena aku pergi ke puncak dengan pacarku. Pembantuku lah yang mengetahuinya.
Aku pulang ketika ibuku telah dimakamkan. Tak ada beban samasekali. Bahkan ketika aku ke makam ibuku ketika tanah makam ibuku yang masih basah, karena memang baru kemarin dimakamkan. Malam harinya tidak ada doa, tidak ada tahlilah, tidak ada pengajian. Yang ada adalah kebebasanku berpesta dan mabok berat sampai pagi dengan teman-temanku yang aku undang kerumahku.  Seakan itu adalah hari kebebasanku, karena tidak ada Ibu lagi yang hampir merintih sakit perut setiap hari sejak sakit.
Setelah sekian lama aku menjalani semuanya, aku mengalami hal yang dialami ibuku dulu. Mungkin inilah yang disebut karma. AKU HAMIL TANPA SUAMI. Itulah kata-kata yang tepat untukku. Aku tidak tahu siapa yang menghamiliku. Sudah sekian banyak lelaki hidung belang yang menikmati dan menghisap kemolekan tubuhku.
Aku bingung !! aku kalut!!. hingga suatu malam, ketika aku pulang dari tempat mangkalku, berjalan sempoyongan. Aku yang dalam keadaan hamil, mabuk, dan tak bisa mengendalikan diriku. Aku merasa tubuhku ringan tak bertenaga…melayang…..dan selebihnya aku tidak ingat lagi.
Kulihat cahaya terang sekali ketika mata ini terbuka. Silau! Panas! dan tak mampu aku gerakkan tubuhku. Kulihat sekelilingku, aku tergeletak di sebuah dipan yang cukup rapi, namun serba putih. Dimana aku ? kenapa aku sendiri ?. kulihat sekelilingku…..ya ! aku benar-benar sendiri. Ingi kubangun dari ranjang ini, namun tak kuat. Kusingkap selimut yang menutup kakiku. Kulihat bercak darak di pahaku…aku kaget, namun aku belum mampu berpikir jernih. Aku mulai berpikir. apakah yang terjadi padaku ?.
Belum hilang rasa penasaranku, kulihat korden disampingku terbuka. Kulihat seorang bapak-bapak yang usianya aku tapsir sekitar 40 atau 50 tahun. Ia mendekatiku dan berkata bahwa Ia lah yang menyelamatkanku, ketika melihatku pingsan di pinggir jalan. Namanya Pak Joko.
Setelah 3 hari aku dirawat, aku disuruh pulang pak Joko. Tapi aku tidak mau. Aku tidak mau mengenang masa-masa pahit kehidupan malamku. Aku mau ikut pak Joko. Akhirnya aku dibawa pulang pak Joko ke rumahnya. Dan baru aku tahu, bahwa pak Joko ternyata Carik desa Kayutan. Pak Joko masih bujang. Katanya dia tidak mau menikah karena cintanya pernah ditolak seorang wanita. Belakangan aku tahu ternyata wanita itu adalah ibuku. Singkat cerita, aku menikah dengan pak Joko atau pak Carik. Dan aku dibawanya menemui nenekku di desa Trayun.
Betapa iba aku melihat kondisi nenekku… usianya sudah 90 tahun. Aku juga bertemu dengan mbah Wiro, yang dengan semangatnya menceritakan kenakalan dan masa lalu ibuku. Aku bahagia bisa berkumpul dengan keluargaku. Meski aku tak tahu siapa Bapakku, aku juga tak tahu siapa nenekku yang asli. Mungkin sama biadabnya dengan ibuku.
Sejak itu, aku bertekad tinggal di desa Trayun. Suamiku juga setuju. Kami membangun industri kecil kerajianan tangan yaitu gerabah. Lama kelamaan karyawanku bertambah banyak. Usahaku semakin maju. Aku bahagia, nenekku sempat menikmati semuanya. Sebelum akhirnya setelah 2 tahun usahaku maju, nenekku meninggal dengan tenang. Kini aku dirumah nenekku yang sudah aku bangun cukup megah. Mbah Wiro ku ajak serta. Namun setahun kemudian, mbah Wiro menyusul nenekku ke alam Barzah.
Aku tak punya anak !! itupun tak kusesali. Rahimku terpaksa di angkat karena terjadi pembusukan rahim akibat konsumsi alkohol yang berlebihan yang  berlangsung lama. Namun yang kusesali adalah aku harus kehilangan anakku waktu aku diselamatkan suamiku. Aku keguguran !. semua kenangan itu biarlah menjadi masa laluku. Toh kalaupun lahir selamat, aku khawatir berkelakuan buruk seperti aku dan ibuku. Karena anak itu hasil hubungan gelapku dengan banyak lelaki. Suamiku pun tak mempermasalahkan kebusukan kehidupan yang aku alami, setelah kuceritakan semua yang terjadi.
Rumah tangga kami cukup bahagia. Tujuh tahun menikah, 2 kali naik Haji dengan suamiku. Sebelum akhirnya suamiku meninggalkanku untuk selamanya ketika kami melakukan perjalanan Haji ke tiga. Suamiku tercinta meninggal di Mekah, tanah suci yang penuh berkah dan ampunan, ketika suamiku sedang menjalankan Thowaf. Aku tak menyesalinya, dan aku bangga suamiku dimakamkan di tanah suci.
Sepeninggal suamiku, aku telah menjalankan Haji 2 kali. Dan Alhamdulillah, selalu saya mengajak kedua anak angkatku dan membiayai Kyai atau Ustad yang belum pernah Haji. Aku semakin bersyukur, telah kubantu warga desa membangun beberapa Masjid yang sederhana di beberapa desa. Bukan kemegahan Masjid yang menjadi sasaranku, tapi kemudahan warga mejangkau masjid. Karena desaku memang hutannya masih lebat, dan berbukit.
Waktu berjalan begitu cepat. Beberapa hari yang lalu, genap usiaku ke 60 th. Entahlah, ingin rasanya aku berbagi semua harta yang kumiliki.  Kupanggil seorang ustad dan pengacara untuk menjadi saksi. Kuberikan lahan tebu suamiku pada warga, masing-masing warga dapat jatah satu petak. Kuwakafkan rumah dan tanah pekarangan ini untuk masjid disebelah rumahku. Kuberikan industri gerabahku pada kedua anak angkatku yang masih kuliah di kedokteran UGM. Kuberikan semua perhiasanku untuk disumbangkan pada yayasan yatim piatu “SRI” (di ambil dari nama ibuku) di desa Kayutan, yang dulu dirintis suamiku. Rasanya beban ini sudah hilang, dan aku tinggal mencari harta tak ternilai. IBADAH.
“Allahu Akbar Allahu Akbar !!” suara Adzan itu merdu sekali kudengar. Meski usiaku sudah 60 tahun, masih jelas sekali kudengar panggilan Muadzin ketika mengumandangkan Adzan Magrib. Namun Adzan magrib ini kurasakan lebih indah dari biasanya. Segera ku habiskan kopiku, dan beranjak menuju masjid di sebelah rumahku. Kurasakan langkah kakiku begitu ringan dengan kesiapan hatiku sujud Sholat pada Allah SWT.
Sujudku hanya untuk-Mu Ya Allah, sujud ini, sujud ini ternyata  sujud terakhirku pada-Mu. Ketika kurasakan tiupan angin kedamaian dan malaikat Izroil membawaku berjalan menjauh dari ragaku, berjalan dengan damai meninggalkan semuanya……………
Ket:
Dipan              : tempat tidur yang terbuat dari papan kayu
Monggo           : silakan
Ketir-ketir        : khawatir
Onthel             : sepeda kayuh
Waras-wiris     : segar bugar (sehat)
Semok             : seksi dan berisi
Biodata Penulis
Nama                          :  Uswatun Hasanah, S.Pd, M.Pd
NIP                             :  197607302001122003
Instansi                        :  SMA N I Purwantoro Wonogiri Jawa Tengah
Alamat                         : Jalan Raya Tegalrejo Purwantoro. Phone (0273) 415124.    Pos 57695
Telp/Hp                      :  (0273) 415193. 081393806806

Belik Mbah Jinem


Belik Mbah Jinem

Perasaanku sungguh tak menentu. Kabar lamaran mas Danang datang tak terduga. Bukannya aku tak siap, aku sungguh mencintainya. Tetapi ada hal besar yang lebih aku takutkan, dari sebuak kata cinta.
Aku mengenal mas Danang sudah lebih dari setahun. Dia adalah teman mas Ali, kakakku yang bekerja jadi guru di SMA N I Gondang Sragen. Mas Danang kebetulan mendapatkan SK Pengangkatan CPNS di Gondang juga. Pertamakali aku melihatnya, pandanganku sudah lain. Aku melihat kejujuran dan ketulusan dalam setiap tutur katanya. Hampir tiada kesombongan dan keangkuhan yang aku lihat dari dirinya. Mas Danang memang tidak setampan Roni, pacarku ketika SMA, yang telah berani menciumku di kantin sekolah. Tubuhnya tidak sekekar mas Taufik, pacarku waktu kuliah, kulitnya juga tak seputih mas Ali kakakku. Tetapi entah mengapa, tatapan matanya mampu membius dan meluluhlantakkan semu pesona pria sejagat raya ini
Sura getar HP ku, membuatku tersadar. Segera aku lihat nomor telepon yang masuk. “Mas Danang”. Ujarku lirih sambil setengah berdebar, campur bahagia dan kaget. Segera aku angkat telepon, tanpa menunggu berdering berulang kali. “ Assalamualaikum mas !”, sapaku lembut.” Waalaikum salam dik Ana, mas Cuma mau bilang, apa dik Ana sudah siap saya jemput ? kalau sudah siap, mas segera meluncur ke sana, tapi dik Ana jangan lupa Sholat Ashar dulu, biar tenang jalan-jalannya”. Ujar lembut suara orang yang kucintai.
“Alhamdullillah sudah mas, baru saja selesai. Saya akan berbenah buku dan menunggu di depan kantor”. Aku bekerja di sebuah Bank swasta daerak di kota Sragen. Sejak aku lulus kuliah dan menyandang titel SE, aku enggan melamar pekerjaan yang membuat aku jah dari orang tuaku. Sehingga dengan koneksi temannya mas Ali, aku bisa bekerja di Bank ini.    Kulirik jam tangan IFA yang melekat di pergelangan tanganku. Pukul 3.30 memang Bank tempat aku bekerja tutup jam 3 sore, tapi menyusun laporan setiap hari bisa memakan waktu 30 menit.
Aku benar-benar berdebar menunggu kedatangan mas Danang ke kantorku. Rasa ini semakin berkecamuk, ketika aku ingat bahwa kata mas Ali, sore ini mas Danang akan mengutarakan cintanya padaku, dan akan meminangku. Karena mas Danang memang tidak senang pacaran. Mengingat kata mas Ali itu, aku kembali masuk ke kantor dan membenahi make-up ku yang sudah mulai luntur.
Kupandangi wajahku dengan teliti…hmmmm aku ternyata masih cantik. Bahkan sangat cantik menurutku. Hidungku mancung seperti alm. Bapakku. Rambutku hitam legam lurus terurai, seperti rambut Ibuku. Kulitku putih bersih seperti kulit Bapakku, apalagi ditunjang tinggi badanku 165 cm dan berat badan 50 kg. Lengkap sudah titelku “Ana, gadis cantik , seksi, dan cerdas”. Gumanku dalam hati.
Lamunanku seketika buyar lagi, manakala kudengar suara bel dari depan kantor. Aku hafal sekali suara itu. Itu suara motor mas Danang. Segera saja aku setengah berlari menghampirinya. Tak kupedulikan lagi debar jantungku yang semakin kencang. Semua tertutupi rasa bahagia karena akan dilamar mas Danang.
Setelah kami sampai di rumah makan lesehan yang berada di dekat pasar Gondang, kami pun memesan makanan. Waktu itu rumah makan kelihatan sepi. Padahal biasanya ramai dipadati orang yang membeli lauk atau sekedar minum sambil memandang pelayannya yang cantik-cantik.
.“Makan apa dik ?” tanya mas Danang lembut, setelah kami mendapat tempat duduk yang lumayan nyaman. “Emm…ayam goreng kremes aja mas, kremesnya yang banyak, masa Danang sendiri makan apa ?”tanyaku balik sambil mengatasi debar jantug yang masih tersisa.”aku sama juga, ayam goreng, latihan menyamakan kesukaan, sebelum menyatukan hati”. Wuihh………………. kata-kata terakhir tadi sungguh membiusku dalam samudra kebahagian.
Singkat cerita, kami makan dalam kenyamanan dan hujan kebahagian. Ketika suasana benar-benar hening, kudengar denga suara sedikit parau, mas Danang berkata. “Dik ana, mas mau bicara. Mungkin ini dianggap terlalu berani, atau kewanen 1) istilah jawanya. Tapi mas benar-benar tidak mau menjadikan rasa ini menjadi sebuah penyesalan. Meski bagai pungguk merindukan bulan, tapi dengan segenap keberanian diri, dan kerendahan hati, aku bermaksud meminangmu menjadi istriku…..tapi adik tidak usah takut dan ragu untuk menolakku. Aku sudah siap dik !”. Aku tak lagi mampu berkata. Aku hanya diam. Mataku tak berani menatap mas Danang secara langsung.
Dengan sedikit terbata-bata, aku menjawab lamaran tersebut. “ mas Danang, maafkan saya…..sebenarnya saya sudah memiliki seeorang yang begitu saya cintai..orang itu mampu membuat saya selalu bahagia jika berada disampingnya”. “ oh…begitu ya dik? Maafkan mas kalau begitu”.”tapi saya belum selesai mas. Pria itu sekarang berada di hadapanku….mas Danang!”. Jawabku tanpa ragu. Kubayangkan mas Danang akan terkejut dan berlari memelukku. Tetapi yang kulihat adalah reaksi yang diluar dugaanku.
“Alhamdulillah dik, ternyata cinta mas tidak bertepuk sebelah tangan. Mas bahagia sekali mendengarnya. Minggu depan keluarga mas akan datang meminangmu”. Katanya serius. ‘apa tidak terlalu terburu-buru mas ?”.”tidak dik, mas tidak ingin terjadi zina di antara kita”. “terserah mas saja” kataku seakan kepalaku penuh bungan beraroma wangi bunga kasturi.
Saat lamaran yang aku tunggu telah tiba. Keluarga mas danang benar-benar datang meminangku. Dengan serius Ibuku dan mas Ali membahas tanggal pernikahanku. Ternyata mas Danang dan keluarganya menghendaki kami menikah dua bulan lagi, sepulang Ibuku menunaikan Ibadah haji.
Hari-hari dua bulan menanti saat pernikahan ternyata terasa begitu lama aku rasakan. Dan selama menunggu itu, mas Danang justru jarang ke rumahku. Ketika aku tanya, biar kangennya menumpuk katanya.
Saat yang kunantikan itu pun tiba, dan keanehan serta keganjilan itu dimulai………………..
Kami menikah dalam suasana khusuk bertabur bunga bahagia. Aku akan menjadi istri lelaki yang kucintai. Ijab kabul berjalan lancar, dan malam pertama itu berjalan sangat membahagiakanku….
Seminggu kemudian………………
“ dik, mas mau mengatakan sesuatu padamu. Sebagai istri, adik harus menurut apa kata suami, selagi pendapat mas itu baik”. “apa itu mas?” tanyaku penasaran. “Mulai hari ini, mas ingin adik mengenakan jilbab !”..rasa kaget dan sock itu tiba-tiba menderaku. Tubuhku yang putih dan seksi, yang membuat semua orang berdecak kagum itu harus kututupi dengan baju serba panjang yang disebut baju muslim. Rambutku yang hitam indah terurai ini harus ditutup kain besar yang disebut jilbab. Aku seketika membayangkan bentukku seperti ibuku sejak pulang haji.
Jawaban atas permintaan mas Danang tak langsung kuturuti. Aku perlu kesiapan yang matang. Tapi sementara itu aku lebih memilih acara ngunduh manten2) yang dilaksanakan dirumah mas Danang. Segala keperluanku untuk menginap di Bakalan, Wonogiri. Terus terang aku memang belum pernah sekalipun ke sana. Setelah berpamitan dengan ibu dan mas Ali, aku mbonceng mas Danang menuju kota yang menurutku agak asing di telinga.
Jarak rumahku yang berada di perbatasan jawa tengah dan jawa Timur, tepatnya desa Mantingan Mgawi, Jawa Timur, dengan rumah mas Danang yang di bakalan Purwantoro Wonogiri, katanya bisa ditempuh dalam waktu 3 jam jika naik roda dua.
Perjalanan asing itu pun dimulai. Jalan berliku dan berkabut sangat membuat pantatku terasa sangat penat. Beberapa kali kami istirahat. Karena aku benar-benar merasakan pegal yang luar biasa.beberapa tempat yang sempat aku dengar nama kotanya, tapi seumur-umur belum pernah mendatanginya. Kami melewati kecamatan Widodaren, kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Panekan, Kendal, Magetan, Plaosan, Geni langit, dan  beberapa daerah yang aku tidak sempat menghafalkan.
Tiba-tiba mas Danang membelokkan motornya ke jalan yang sudah tak ber aspal lagi. Jalan yang lebih buruk dari bayanganku. Dua kali aku hampir terjatuh di jalan yang terjal dan berliku itu. Dan perjalanan melelahkan itu pun berakhir. Mas Danang menghentikan motornya yang kotor dan berdebu karena menempuh jarak jauh. Rumah besar yang besar seperti pendopo sudah terpampang di depanku. Kalau aku tidak salah, semua terbuat dari kayu jati. Melihat besarnya rumah itu, aku jari membayangkan bagaimana membersihkannya. Ah…tapi pasti mertuaku punya 5 pembantu..kalau tidak, tak bisa aku bayangkan betapa waktu penghuninya dihabiskan untuk bersih-bersih saja. Yang membuat aku heran, penduduk sini meggunakan sekam untuk menutup jalan yang becek. Bahkan lantai di rumah mas Danang ada juga yang ditaburi sekam.
Langkah kakiku segera disambut mertuaku dan beberapa keluarga yang belum pernah aku lihat wajahnya. Hanya melalui cerita mas Danang. Aku segera disuruh istirahat di kamarku. Sebuah kamar yang benar-benar belum pernah aku lihat sebelumnua. Tempat tidur besar dari kayu jati, dan lemari yang tak beda bahannya. Lantaiku diberi karpet yang tampak masih baru. Kulempar tubuhku di atas tempat tidur yang menggunakan kapuk itu. Uuh….. agak sakit rasanya. Gak empuk seperti busa di kamarku.
Kira-kira lima belas menit aku memejamkan mata, aku dikagetkan suara ketokan pintu dari luar. Kucarai mas Danang, dia tidak ada. Segera kubuka pintu kamarku. Dan kulihat wajah mertuaku di depan pintu, membawa seperangkat pakaian yang disebut jarit lurik. Dia menyuruhku mengganti bajuku dengan jarit yang dibuat kemben. “ kowe dienteni neng belik mbah Jinem nduk, masmu wis neng kono, gek salino, trus adus banyu kembang”3). Kata mertuaku dengan logat jawa yang kental. Sebuah keanehan yang ke sekian yang aku dapati. Aku hanya diam dan segera kuturuti saja kemauannya.
Disebuah belik 4) yang airnya sangat bersih, aku dan mas Danang diguyur air yang berasar dari sumber bersih itu.. beberapa orang tua berjoget mengelilingi kami, dan seorang kekek memukul kendang yang kelihatan sekali usia kendang itu hampir sama dengan pemukulnya. Hatiku berontak. Apa-apaan ini ? katanya orang Islam kok menganut kepercayaan seperti ini ?. tak sabar rasanya aku untuk menanyakan pada mas Danang nanti. Aku berusaha bersabar, diam dan diam.
Malam ini mas Danang ternyata tidak tidur di kamarku, kami dipisahkan selama tiga hari.tidak boleh ketemu, bicara, maupun menanyakan kabar sekalipun. Untuk menjalaniruwatan 5) biar langgeng. Begitu alasan mertuaku. Dan selama tiga hari itu bukan sesuatu yang membahagiakan bagiku. Sesuatu yang sejak awal kutakutkan itu pun terjadi. Aku jam 4 pagi sudah disuruh bangun, menyapu halaman seluas iti memakai sapu lidi, sendiri, disaksikan sesepuh mas Danang. Tidak boleh berhenti, dan langsung harus membakarnya. Tak boleh ada satu daun pun tersisa…uhhhh betapa sulitnya. Padahal musim penghujan. Banyak daun basahnya dari daun keringnya. Parahnya lagi, aku menyapu harus lurus ke depan, tidak boleh mundur, memgulang sampah yang tertinggal. Kalau ada sampah tertinggal, aku harus mengulang dari titik awal. Wuih..leleh tak terperikan yang aku alami. Aku dendam pada mas Danang. Ingin aku memaki-maki dan mendampratnya. Setelah menyapu, aku harus mencuci kaki mas Danang 7 kali. Tanpa boleh memandang, berbicara, apalagi memakinya, seperti keinginanku. Dan hal itu berlangsung 3 hari sebelum perayaanngunduh manten terjadi.
Hari yang lebih kutakutkan itu pun terjadi. Jam 6 sore, perias masuk kamarku, aku dimandikan 7 ember air bunga, yang airnya dingin luar biasa, kemudian aku disuruh melangkahi dupa yang berbau aneh, kata mbah atun, periasku, dupa itu diberi menyan6). Katanya untuk merawat organ intim wanita,supaya tetap wangi dan mampu membahagiakan suami. Tak bisa kuceritakan panasnya organ intimku melangkahi dupa mnyala sialan itu 7 kali. Air mata ini tak terbendung lagi. Kalau di Mantingan, pengantin selama 3 hari justru luluran, mandi susu, perawatan badan dan muka. Tapi lagi-lagi ini aneh.Tapi aku berusaha tabah, meski sebenarnya sangat menyakitkan luar dalam. Jam 11 malam rias manten yang menjemukan itu selesai. Aku dibawa keluar kamar tepat pukul 24.00 WIB. Dingin menusuk seluruh tubuhku. Ingin segera ku akhiri semuanya.. dan segera pulang. AKU TIDAK KERASAN!!!!
Upacara resepsi yang orang normal biasanya siang hari itu, di Bakalan, wonogiri, ternyata dilaksanakan selalu tengah malam. Singkat cerita, aku di disuruh keliling rumah tanpa alas, sendiri, tanpa penerangan, sambil menggendong peralatan dapur yang kurang lebih 10 kg..kurang ajar bener adat di desa ini. Dari kemarin aku disuruh puasa selama 3 hari, supaya tidak ada halangan ketika temu manten 7). Buka puasa hanya boleh makan nasi tiwul 8) dan sepgodog 9) saja, tanpa rasa.Aku iyakan saja. Tapi tanpa sepengetahuan mereka, aku makan bekal roti yang ada di koperku. Peduli amat dengan aturan dan tradisi mereka, gak masuk akal !!!!!!.
Ketika selesai mengitari rumah yang super gede itu, (aku hanya keliling 5 kali, toh tidak boleh ada yang ngintip atau mengikuti, kalau diikuti, mereka mendapat sial. Karena aku sedang buang sial), aku harus cuci kaki sendiri, dan memakai sendal manten yang usang. Aku pun dituntun duduk. Ketika aku duduk di kursi manten, pandanganku langsung tertuju pada orang yang tak asing lagi bagiku. Mas Ali, Ibuk, Nurita keponakanku yang berusia 3 tahun tidur terlelap di pangkuan tante Neti, serta kira-kira 100 orang tetanggaku yang klihat rasa lelah dan ngantuk karena perjalanan jauh, apalagi berkabut, dan malam hari.
Ingin rasanya aku berlari dan menghambur ke pelukan Ibuku, serta kukatakan, aku mau Cerai !!! aku tidak mau punya suami, dan mertua aneh !! mereka mempermainkanku, mereka menyiksaku! Aku dianggap pembantu, bahkan kerja lebih berat dari pembantu, karena aku harus bekerja ketika puasa.
Secara singkat, kuceritakan acara resepsi yang aneh itu. Aku harus mencuci kaki suamiku yang kotor, karena menginjak telur mentah, aku harus menggendong suamiku (meski kurus) menuju kursi penganten. Aku harus bersujud 7 kali di kaki suamiku,dan mengucapkan akan berbakti sampai mati pada suamiku. Kujalani semuanya bukannya iklas, dengan emosi yang semakin membara. Islam juga tak mengajarkan wanita serendah itu ! dan mas Danand serta keluarganya telah merendahkan seorang Sarjana Ekonomi yang cerdas, cantik, dan bermartabat seperti aku. Tak terasa aku meneteskan air mata, aku tak kuasa menahannya. Aku menangis sejadi-jadinya dan berlari menghambur ke pelukan Ibuku. Tak kupedulikan tatapan orang yang melihat aneh bercampur kaget pada sikapku. Mereka tak menduga ! tapi aku tidak tahan !.
Bersamaan dengan itu, terdengar suara orang yang berteriak, bahwa sungai kresek yang biasanya tidak ada air, tiba-tiba airnya meluap, banjir, dan sudah meluluhlantakkan lima rumah ditepinya, hal ini pernah terjadi 10 tahun lalu ketika ada salah seorang penganten melanggar ritual di belik mbah Jinem. “Mbah Jinem Ngamuk!!!” begitu ucap semua orang. Semua mata menatapku penuh kebencian, termasuk mertua dan warga desa. Hanya mas Danang yang menunduk dan tak sanggup menatapku !! lelaki biadap !! dimana kejntananmu ? dimana tanggungjawabmu ? segera aku berlari menghampiri mas Danang dan memaki-makinya. Mas Ali mencoba menghentikanku, tapi tenagaku terlalu kuat untuk dicegah.
Puas rasanya aku memaki suamiku, segera aku berlari ke kamar dan mengemas semua barangku ! aku ganti baju sekenanya. Tak kupedulikan semua mata yang melotot padaku. Aku meraih jaket dan lari menyeret tangan mas Ali dan pamanku. Ku rayu mereka untuk pergi membawaku pulang. Tapi aku dicegah suamiku. Tangannya meraih dan memelukku erat-erat. Dia memohon dan bersujud di kakiku, memohon agar aku tidak meninggalkannya.. semua mata kembali terbelalak kaget. Karena tidak boleh lelaki menyentuh wanita sebelum resepsi selesai, karena akan mendatangkan bahaya besar. Kekhawatiran itu ternyata terjawab tak lama kemudian….
Suara petir bertubi-tubi menghiasi langit di desa sialan ini, hujuan turun tanpa rintik terlebih dahulu. Bak air bah yang tertumpah dari langit. Semua berlari menyelamatkan diri. Terdengar suara “banjiiiiir ! belik mbah Jinem airnya mendidih, meluap ! “ ujar warga yang tak ku kenal namanya. Untuk yang ke sekian kali semua mata semakin membenciku !! aku tidak peduli ! aku segera lari dengan keluargaku menuju mobil kami,menembus kabut dan derasnya hujan, aku menangis sambil meninggalkan desa sialan ini !!.
Kulihat wajah kebingungan dari semua anggota keluargaku. Aku tahu, mereka menyimpan tanya, apa yang aku lakukan di desa ini, sehingga desa ini kena musibah ?. tapi aku tak akan menjawabnya sekarang. Biar mas Danang yang menjelaskan nanti.. karena kulihat mas Danang berada disampingku, memelukku, dan tiada henti mengatakan semua bukan salahku. Aku tak akan datang lagi ke sana. Biar aku hidup hanya dengan suamiku, dan menerapkan aturan yang aku buat dengan mas Danang, yang logis dan tidak saling menyiksa.
Setelah beberapa minggu aku menenangkan diri, dari mas Danang kutahu, desa mertuaku habis ditelan banjir. Mertuaku sekarang tinggal dengan kakak iparku di desa Gondang. Dari suamiku juga aku tahu, mengapa Ia menyuruhku berjilbab. Karena ketua adat tidak akan berani menerapkan hukum adat pada muslim seperti kami…. tapi kenapa mas Danang baru menceritakan sekarang ?…entahlah, aku tidak peduli. Lebih baaik kupikirkan janin yang berusia 2 minggu yang bersemayam di rahimku.. buah cinta kami…….


Keterangan:
1kewanen 1): Terlalu berani
2ngunduh manten2): Acara mengundang pengantin wanita ke rumah pengantin pria, biasanya seminggu setelah resepsi di rumah pengantin wanita.
3kowe dienteni neng belik mbah Jinem nduk, masmu wis neng kono, gek salino, trus adus banyu kembang”3).: “Kamu ditunggu di belik Mbah Jinem nduk, (sebutan anak wanita di jawa), suamimu sudah disana, gantilah baju, terus segera mandi air kembang”
4belik 4): Sumber air yang ada di dekat sungai, biasa dipakai untuk mandi, atau memanfaatkan air bersih. Tetapi di Jawa, biasanya dianggap  menjadi tempat keramat.
5ruwatan 5): Upacara tradisi Jawa dengan tujuan membuang sial
6menyan6).:Salah satu bebatuan, yang fungsinya membakar arang dan sesaji. Tujannya, unyuk menghantar doa pada leluhur yang telah meninggal.
7temu manten 7).: Acara wajib setiap pernikahan Jawa, mempertemukan pengantin dalam sebuah ritual khusus.
8nasi tiwul 8): makanan pengganti nasi, yang terbuat dari singkong. Hanya ada di Wonogiri.
9sepgodog 9): Singkong rebus

SEBELAS MARET INTERNASIONAL PENCAK SILAT'S CHAMPIONSHIP Aprin ardiansyah


Grand Opening "Sebelas Maret Internasional Pencak Silat's Championship


Makalah karyawisata bali

LAPORAN
PERJALANAN WISATA BALI

Di ajukan untuk melengkapai tugas-tugas
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dan memenuhi
Sayarat Kenaikan Kelas XII








Di susun oleh :
Tika Ayuanggraini
XII IPS 1





SMA N 1 PURWANTORO
WONOGIRI
2012










KATA PENGANTAR

        Atas limpahan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, penulis bersyukur dapat menyelesaikan Laporan Perjalanan Mengenai Study tour yang di laksanakan penulis pada tanggal 26 Juni – 30 Juni 2012 dengan lancar dan baikk. Laporan Perjalanan ini penylis susun untuk memenuhi syarat - syarat kenaikan kelas ke Kelas XII Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam penyusunan Lapran Pejalanan penulis ini, penulis menyadari telah memperoleh banyak bantuan baik secar langsung maupun tidak. Untuk itu sudahsepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Tuhan Yang Maha Esa
  2. Bapak Drs. H.Hasim Koiman, M,Pd, selaku Kepala SMA Negeri 1 Purwantoro
  3. Bapak Andi Prasetyo S.Pd , Ibu Bariah Aryani.S.Pd sebagai pengawas kami selama di perjalanan maupun di obyek wisata.
  4. Ibu Uswatun Hasanah.S.Pd,M.Pd, Ibu Dra. Sarmi S.Pd, Bpk. Andi Prasetyo, S.Pd, selaku guru pembina Bahasa Indonesia.
  5. Panitia dari pelaksana kegiatan karyawisata Bali 2011/2012
  6. Orang tua dan keluarga murid yang telah membantu penulis berupa materi dan nonmateri.
  7. Semua teman-teman SMA Negeri 1 Purwantorto


        Semoga amal kebaikan Bapak/Ibu dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyelesaian tugas Laopran Perjalanan penulis ini dapat memperoleh imbalan yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Esa.Tim penulis semua juga menyadari bahwa dalam Laporan Pejalanan penulis ini masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan literatur yang penulis baca. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar tim penulis dapat memperbaiki dan menyempurnakan karya tulis tim penulis ini. Semoga Laporan Perjalanan ini dapat diperoleh manfaatnya dan menambah pengetahuan pada pembaca.
Penulis











DAFTAR ISI


Halaman Judul............................................................................................ 1
Kata Pengantar...........................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................3-4
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
1.1 Latar Belakang Pembuatan .........................................................5
1.2 LaporanTujuan Pembuatan............................................................5-6
1.3 Laporan Sistematika Penulisan.......................................................6
BAB II SEKITAR KARYAWISATA...................................................................................
2.1 Masa Persiapan.........................................................................7
2.2 Waktu Pelaksanaan.....................................................................7-9
BAB III
OBYEK WISATA BALI...........................................................................................
3.1 Tanah Lot...................................................................................10
3.2 Tanjung Benoa....................................................................................10-11
3.3 Pantai Kuta......................................................................................11
3.4 Pantai Sanur....................................................................................11
3.5 Danau Bedugul....................................................................................11-12
3.6 Istana tampak Siring.........................................................................12
3.7 Monumen Perjuangan Rakyat bali......................................................12-14
3.8 Tari Barong.....................................................................................14-15
BAB IV
OBYEK BELANJA BALI
4.1 JOGER....................................................................................16
4.2 CAHAYU ....................................................................................16
4.3 Pasar Seni Sukawati.........................................................................16-17
4.4 Krisna Bali...................................................................................17
4.5 Karang Karunia.....................................................................................17-18
BAB V
PENUTUP.......................................................................................
4.1 Simpulan...................................................................................19
4.2 Saran....................................................................................19
4.3 Daftar Pustaka...................................................................................20
4.4 Lampiran......................................................................................21-24






BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembuatan Laporan
    Berwisata untuk mengisi waktu liburan mereka untuk berlibur di Indonesia untuk menikmati panorama alam yang sangat indah dan mengesankan. Karyawisata juga merupakan sarana untuk membuat siswa menjadi mengerti bagaimana valita Indonesia, seperti wilayah, masyarakat, budaya dan alam. Dengan diadakannya Karyawisata, secara otomatis siswa dapat mengkaji bagaimanakah keadaan negara Indonesia itu sebenarnya. Siswa juga dapat mengetahui bagaimana keadaan alam dan budaya masyarakat Indonesia itu hingga dapat mendapatkan perhatian dunia di bidang kepariwisataan. Karyawisata juga sebagai sarana mengkaji, dari kegiatan belajar mengajar disekolah dan diterapkan di masyarakat. Dalam hal ini, pelajaran tentang ilmu tatakrama dan kesopanan lah yang paling berhubungan. Pelajaran tentang ilmu tatakrama dan kesopanan yang telah didapatkan di sekolah, diterapkan dalam kegiatan Karyawisata ini, karena di mana pun kita berada, harus selalu menjaga kesopanandan tata krama. Manfaat Karyawisata yang terakhir adalah Karyawisata sebagai sarana untuk mengetahui dan mengamati bagaimana aktifitas masyarakat di objek wisata tersebut. Seperti di Bali misalnya. Masyarakat di Bali selalu membuat pura didepan rumahnya untuk bersembayang dan mereka juga melakukan beberapaupacara untuk bersembayang juga. Dari permasalahan yang muncul di atas, tim penulis ingin mengkaji tentang permasalahan yang timbul dari kegiatan Karyawisata di Bali.

1.2 LaporanTujuan Pembuatan


  1. Sebagai sarana program sekolah,.
  2. Sebagai sarana rekreasi dan penyegaran pikiran siswa (refreshing).
  3. Mendapatkan banyak informasi mengenai objek-objek wisata di Pulau Bali dan kebudayaannya yang dapat kita jaga serta memperluas wawasankita dalam bidang kepariwisataan.
  4. Untuk melengkapi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia.
  5. Syarat kenaikan kelas tahun pelajaran 2012/2013.
  6. Sebagai pencarian pengalaman baru untuk siswa.


1.3 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembuatan Laporan
1.2 Tujuan Pembuatan Laporan
1.3 Sistematika Penulisan
BAB II : SEKITAR KARYAWISATA
2.1 Masa Persiapan
2.2 Waktu Pelaksanaan
BAB III
3.1 Tanah Lot
3.2 Tanjung Benoa
3.3 Pantai Kuta
3.4 Pantai sanur
3.5 Danau Bedugul
3.6 Istana Tampak Siring
3.7 Museum Perjuangan Rakyat Bali
3.8 Tari Barong
BAB IV
4.1 JOGER
4.2 CahAyu
4.3 Pasar Seni Sukawat
4.4 Krisna
4.5 Karang Karunia
BAB V
5.1 Simpulan
5.2 Saran
5.3 Daftar pustaka
5.4 Lampiran







BAB II
SEKITAR KARYAWISATA

2.1 Masa Persiapan
        Masa Persiapan sudah di lakukan dari jauh – jauh hari agar kegiatan karyawisata bisa berjalan dengan baik. Dengan mempersiapkan segala sesuatu yang di butuhkan , dan menjaga kesehatan tubuh agar penulis dapat dalam kegiatan karyawisata dengan baik.
2.2 Waktu Pelaksanaan

 Selasa, 26 juni 2012
• Pukul 08.30 WIB : Berangkat dari Rumah
• Pukul 09.00 WIB : Siswa dikumpulkan dan Diberi Pengarahan.
• Pukul 10.00 WIB : Berangkat dari Sekolah.
• Pukul 12.15 WIB : Makan Siang dan sholat di RM. Surya Saradan
• Pukul 12.45 WIB : Meninggalkan RM. Surya Saradan
• Pukul 21.00 WIB : Makan Malam dan sholat di RM. Putra Jatim Situbondo
• Pukul 22.00 WIB : Meninggalkan RM. Putra Jatim Situbonda.
 Rabu, 27 juni 2012
• Pukul 01.00 WIB : Tiba di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi.
• Pukul 03.00 WIB : Meninggalkan Pelabuhan Ketapang Banyuwangi.
• Pukul 05.30 WITA : Tiba dI Pelabuhan Gilimanuk Bali menuju Tanah Lot.
• Pukul 09.15 WITA : Tiba di Tanah Lot.
• Pukul 10.00 WITA : Meninggalkan Tanah Lot menuju Penginapan.
• Pukul 11.00 WITA : Tiba di Penginapan
• Pukul 11.02 WITA : ISOMA di Penginapan.
• Pukul 14.00 WITA : Meninggalkan Penginapan berangkat Ke Bedugul
• Pukul 14.45 WITA : Sampai Bedugul
• Pukul 15.35 WITA : Meninggalkan Bedugul Menuju JOGER.
• Pukul 16.00 WITA : Sampai di JOGER
• Pukul 18.30 WITA : Meninggalkan JOGER Menuju Karang Karunia.
• Pukul 19.00 WITA : Sampai di Karang Karunia.
• Pukul 20.40 WITA : Meninggalkan Karang Karunia menuju Penginapan
• Pukul 21.10 WITA : Tiba di Penginapan
• Pukul 21.15 WITA : Mandi,Sholat dan Makan.
 Kamis, 28 juni 2012
• Pukul 05.30 WITA : Bangun Tidur, mandi pagi Dan Sholat Subuh.
• Pukul 07.30 WITA : Makan pagi di Penginapan.
• Pukul 07.55 WITA : Persiapan untuk wisata selanjutnya.
• Pukul 08.15 WITA : Menuju Pusat oleh-oleh khas Bali cahayu.
• Pukul 08.30 WITA : Tiba di Pusat oleh-oleh Khas Bali cahayu
• Pukul 09.00 WITA : Menuju ke pementasan Tari barong.
• Pukul 09.25 WITA : Sampai di tempat pementasan Tari Barong.
• Pukul 10.55 WITA : Meninggalkan tempat Pertunjukan Tari Barong.
• Pukul 11.00 WITA : Menuju Istana Tampak Siring.
• Pukul 11.45 WITA : Sampai di Istana Tampak Siiring.
• Pukul 12.50 WITA : Meninggalkan Istana Tampak Siring.
• Pukul 14.00 WITA : Makan siang di Rm. cahayu
• Pukul 14.31 WITA : Menuju Monumen Perjuangan Rakyat Bali.
• Pukul 14.45 WITA : Menuju Pantai Sanur.
• Pukul 16.15 WITA : Menuju Pasar Sukowati.
• Pukul 18.45 WITA : Kembali ke Penginapan.
• Pukul 20.00 WITA : Sampai di Penginapan.
• Pukul 20.05 WITA : Mandi dan Sholat di Penginapan.
• Pukul 20.22 WITA : Makan Malam
• Pukul 20.30 WITA : Packing barang-barang Bawaan
• Pukul 21.00 WITA : Istirahat
 Jum’at, 29 Juni 2012
• Pukul 05.30 WITA : Bangun Tidur, mandi pagi Dan Sholat Subuh.
• Pukul 07.15 WITA : Makan pagi di Penginapan.
• Pukul 07.25 WITA : Persiapan untuk wisata selanjutnya
• Pukul 08.00 WITA : Menuju Tanjung Benoa.
• Pukul 08.45 WITA : Sampai di Tanjung Benoa.
• Pukul 11.00 WITA : Meninggalkan Tanjung Benoa Menuju Pantai Kuta.
• Pukul 11.30 WITA : Sampai di Pantai Kuta.
• Pukul 12.45 WITA : Meninggalkan Pantai Kuta Menuju Krisna
• Pukul 13.00 WITA : Sampai di Krisna ,Makan Dan Belanja Oleh-oleh.
• Pukul 14.00 WITA : Pulang .
• Pukul 18.15 WITA : Sampai di Pelabuhan Gilimanuk.
• Pukul 18.50 WITA : Meninggalkan Pelabuhan Gilimanuk.
• Pukul 19.30 WIB : Sampai Di Pelabuhan Ketapang.
• Pukul 20.00 WIB : Makan di RM. Cakrawala.
• Pukul 20.30 WIB : Melanjutkan Perjalanan dari RM. Cakrawala.
 Sabtu, 30 Juni 2012
• Pukul 05.00 WIB : Sampai di Madiun Sholat
• Pukul 07.00 WIB : Sampai di Sekolahan.










BAB III
OBJEK WISATA BALI

      Sampai sekarang Bali merupakan daerah tujuan wisata yang utama di Indonesia padahal masih banyak tempat wisata lainnya di Indonesia. Bali memiliki daya tarik tersendiri sebagai daerah wisata, keindahan alam dan seni budayanya berbeda dengan negara lain. Alam pulau Bali yang bersatu dengan kehidupan masyarakatnya yang ramah tamah merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan.
Beberapa objek wisata yang ada di Bali antara lain :

3.1 Tanah Lot
     Tanah Lot merupakan sebuah objek wisata di Bali. Di Tanah Lot ada dua pura yang terletak di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Uluwatu. Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari Pura Sad kahyangan, yaitu pura-pura yang merupakan sendi-sendi Pulau Bali. Pura Tanah Lot merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut.
     Objek wisata Tanah Lot terletak di desa Beraban Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, sekitar 13 km barat Tabanan. Di sebelah utara pura Tanah Lot terdapat sebuah pura yang terletak di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan pura dengan daratan dan berbentuk seperti jembatan (melengkung). Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari terbenam (sunset), turis-turis biasanya ramai pada sore hari untuk melihat keindahan sunset itu.

3.2 Tanjung Benoa
     Tanjung Benoa merupakan pantai berpasir putih. Di tempat ini wisatawan disuguhi beraneka water sport, misalnya : Banana boat, para celing, diving, speed boad. Tempat ini wisatawan juga dapat berkunjung ke Pulau Penyu, yaitu sebuah pulau kecil yang terdapat berbagai macam penyu, dari ukuran yang paling kecil sampai yang paling besar. Selain itu ditempat ini wisatawan juga dapat menguji diri dengan olahraga memacu adrenalin.
Menurut masyarakat setempat di Pulau Penyu hidup seekor penyu berkepala manusia dan dianggap kramat oleh masyarakat Bali. Untuk dapat mencapai Pulau Penyu kita dapat menyewa perahu motor yang tersedia dengan membayar uang sewa yang lumayan menguras kantong kita sebagai pelajar, dan dengan waktu yang telah ditentukan. Selain itu Tanjung Benoa – Nusa Dua juga dapat berbagai fasilitas antara lain restaurant dan hotel.

3.3 Pantai Kuta
         Pantai Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di sebelah selatan Denpasar, Ibukota Bali, Indonesia. Pantai Kuta terletak di Kabupaten Badung. Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisatawan turis mancanegara dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 70-an. Pantai Kuta sering pula disebut sebagai pantai matahari terbenam (sunset beach) sebagai lawan pantai.
Di Kuta terdapat banyak pertokoan, restoran, dan tempat pemandian serta jemur diri, selain keindahan pantainya, Pantai Kuta juga menawarkan berbagai macam jenis hiburan lain misalnya bar dan restoran di sepanjang pantai menuju Panti Legian. Pantai ini juga memiliki ombak yang sangat bagus untuk olahraga surfing, terutama bagi peselancar pemula.

3.4 Pantai Sanur
        Pantai Sanur adalah sebuah tempat pelancong pariwisata yang terkenal di Pulau Bali. Tempat ini letaknya persis di sebelah timur kota Denpasar, Ibukota Bali. Sanur berada di Kabupaten Badung.
      Pantai Sanur adalah lokasi utama untuk berselancar (surfing), ombak pantai Sanur sudah termasyhur diantara para wisata mancanegara. Tak jauh dari lepas pantai Sanur terdapat juga lokasi wisata selam (Snorkeling) karena kondisinya yang ramah, lokasi selam ini dapat digunakan oleh para penyelam dari semua tingkatan keahlian. Pantai ini juga dikenal sebagai sunrise beach (pantai matahari terbit) sebagai lawan dari Pantai Kuta.

3.5 Danau Bedugul
           Danau ini terletak di desa Cani Kuning Kecamatan Batuniti Kabupaten daerah tingkat dua Tabanan. Karena di kaki bukit pada ketinggian 1.240 m diatas permukaan laut, sehingga daerah tersebut mempunyai suhu cukup dingin dan suhu rata-rata pada malam hari mencapai 180C dan suhu siang hari mencapai 240C. Bedugul terletak 29 km dari kota Denpasar, menuju arah utara dengan jalan menuju Singaraja. Bedugul terletak di pegunungan di pinggir danau peretan dengan dikelilingi oleh dusun-dusun di sekitarnya, seperti taman tunda, bukit mungsu, tandi kuning dan kembang merta.
Setiap satu tahun sekali di Bedugul diadakan upacara “Makelem”, yaitu upacara membuang sesaji berupa kambing dan angsa sebagai upacara terima kasih kepada Tuhan karena daerah ini mempunyai tanah yang subur sehingga dapat menghasilkan sayur-sayuran dan buah-buahan.
Danau Bedugul merupakan sebuah danau yang indah. Danau ini sangat luas dan udaranya sangat sejuk. Di tempat ini terdapat tempat penyewaan jet sky yang dapat digunakan untuk mengelilingi danau Bedugul. Di tempat ini terdapat pertokoan atau pusat perbelanjaan yang menjual souvenir-souvenir dan pakaian khas Bali. Bedugul juga merupakan salah satu objek wisata yang banyak diminati wisatawan.

3.6 Istana Tampak Siring
        Istana Tampak Siring merupakan istana peristirahatan di Bali. Istana ini merupakan satu-satunya Istana Presiden yang dibangun setelah Indonesia merdeka. Diprakarasi oleh Soekarno, istana ini dibangun oleh arsitek R.M Soedarsono dari tahun 1957-1960. Selain istana presiden, kompleks ini juga berisi balai pertunjukan dan gedung konferensi. Sudah banyak pemimpin negara yang tinggal di istana ini seperti Presiden Ne Win dari Birma (sekarang Myanmar), Presiden Tito dari Yugoslavia, Presiden Ho Chi Minh dari Vietnam, Perdana Menteri Nehru dari India, Perdana Menteri Khruchev dari Uni Soviet, Ratu Juliana dari Negeri Belanda, dan Kaisar Hirihito dari Jepang.
3.7 Monumen Perjuangan Rakyat Bali
        Monumen Bajra Sandhi merupakan Monumen Perjuangan Rakyat Bali untuk memberi hormat pada para pahlawan serta merupakan lambang persemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari generasi ke generasi dan dari zaman ke zaman. Lokasi monumen ini terletak di depan Kantor Gubernur Kepala Daerah Propinsi Bali yang juga di depan Gedung DPRD Propinsi Bali Niti Mandala Renon persisnya di Lapangan Puputan Renon.
Keseluruhan data daerah monumen berbentuk segi empat bujur sangkar dengan penerapan konsepsi Tri Mandala : 
1. Sebagai Utama Mandala adalah pelataran/gedung yang paling ditengah
2. Sebagai Madya Mandala adalah pelataran yang mengitari Utama Mandala
3. Sebagai Nista Mandala adalah pelataran yang paling luar yang mengitari Madya Mandala
 
 Bangunan gedung monumen pada Utama Mandala tersusun menjadi 3 lantai : 
1. Utamaning Utama Mandala adalah lantai 3 yang berposisi paling atas berfungsi sebagai ruang ketenangan, tempat hening-hening menikmati suasana kejauhan disekeliling monumen. Para pengunjung bisa melihat panorama Denpasar dari tempat ini. Pada saat cuaca cerah sehingga pemandangan Denpasar terlihat jelas. Untuk mencapai tempat ini harus melewati tangga melingkat yang lumayan tinggi.2. Madyaning Utama Mandala adalah lantai 2 berfungsi sebagai tempat diorama yang berjumlah 33 unit. Lantai 2 (dua) ini sebagai tempat pajangan miniatur perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa. Dioramanya mirip dengan yang ada di Monas, Jakarta. Tapi yang di sini hanya menampilkan perjuangan rakyat Bali. Mulai zaman kerajaan, masuknya Hindu, Majapahit, penjajahan, perang kemerdekaan, hingga saat ini.Di bagian luar sekeliling ruangan ini terdapat serambi atau teras terbuka untuk menikmati suasana sekeliling.3. Nistaning Utama Mandala adalah lantai dasar Gedung Monumen, yang terdapat ruang informasi, ruang keperpustakaan, ruang pameran, ruang pertemuan, ruang administrasi, gedung dan toilet. Ditengah-tengah ruangan terdapat telaga yang diberi nama sebagai Puser Tasik, delapan tiang agung dan juga tangga naik berbentuk tapak dara.Monumen perjuangan rakyat Bali berdiri anggun di pusat Kota Denpasar sejak 1988. Museum ini diresmikan pada 2003 oleh mantan Presiden Megawati Sukarnoputri. Seperti namanya, museum ini menyimpan kenangan tentang kegigihan pejuang Bali. Tentunya, dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
3.8 Tari Barong
      Tari Barong adalah tarian khas Bali yang berasal dari khazanah kebudayaan Pra-Hindu. Tarian ini menggambarkan pertarungan antara kebajikan (dharma) dan kebatilan (adharma). Wujud kebajikan dilakonkan oleh Barong, yaitu penari dengan kostum binatang berkaki empat, sementara wujud kebatilan dimainkan oleh Rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan dua taring runcing di mulutnya.
Ada beberapa jenis Tari Barong yang biasa ditampilkan di Pulau Bali, di antaranya Barong Ket, Barong Bangkal (babi), Barong Gajah, Barong Asu (anjing), Barong Brutuk, serta Barong-barongan. Namun, di antara jenis-jenis Barong tersebut yang paling sering menjadi suguhan wisata adalah Barong Ket, atau Barong Keket yang memiliki kostum dan tarian cukup lengkap. Kostum Barong Ket umumnya menggambarkan perpaduan antara singa, harimau, dan lembu. Di badannya dihiasi dengan ornamen dari kulit, potongan-potongan kaca cermin, dan juga dilengkapi bulu-bulu dari serat daun pandan. Barong ini dimainkan oleh dua penari (juru saluk/juru bapang): satu penari mengambil posisi di depan memainkan gerak kepala dan kaki depan Barong, sementara penari kedua berada di belakang memainkan kaki belakang dan ekor Barong.
Secara sekilas, Barong Ket tidak jauh berbeda dengan Barongsai yang biasa dipertunjukkan oleh masyarakat Cina. Hanya saja, cerita yang dimainkan dalam pertunjukan ini berbeda, yaitu cerita pertarungan antara Barong dan Rangda yang dilengkapi dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti Kera (sahabat Barong), Dewi Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti), serta para pengikut Rangda.
Sementara itu, unsur mitologis terletak pada sumber cerita yang berasal dari tradisi pra-Hindu yang meyakini Barong sebagai hewan mitologis yang menjadi pelindung kebaikan. Unsur mitologis juga nampak dalam pembuatan kostum Barong yang bahan dasarnya diperoleh dari kayu di tempat-tempat yang dianggap angker, misalnya kuburan. Unsur mitologis inilah yang membuat Barong disakralkan oleh masyarakat Bali. Selain itu, Tari Barong juga seringkali diselingi dengan Tari Keris (Keris Dance), di mana para penarinya menusukkan keris ke tubuhnya masing-masing.
Tari Barong dapat disaksikan di beberapa tempat di Kabupaten Gianyar, Bali, di antaranya di Pura Dalem Ubud yang biasanya mulai dipentaskan pada jam 19.30 WITA, serta di beberapa sanggar seni di Batubulan pada pukul 09.30 WITA
























BAB IV
WISATA BELANJA BALI

4.1 JOGER
         Joger terletak di Jalan Raya Kuta, Kuta Bali, atau ± 3,5 km sebelah utara Bandara Internasional Ngurah Rai Bali. Di tempat ini pengunjung dapat membeli oleh-oleh berupa kaso Joger, sandal, jaket, tas dan pernak-pernik lainnya. Harga barang-barang disini memang cukup mahal karena mutu dan kualitasnya tidak diragukan lagi. Namun meski harganya tergolong mahal. Jogger tidak pernah sepi pengunjung.
Ciri khas kaos Joger yaitu pada kaos terdapat permainan kata-kata. Saat kita memasuki tempat ini, kita harus melewati penjagaan yang cukup ketat, para pengunjung harus menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku, seperti saat akan masuk, pengunjung harus memakai stiker yang bertuliskan “VIP JOGER” sebagai tanda masuk.
Joger hanya ada di Bali dan tidak buka cabang di tempat lain. Jogger akan ditutup pukul 18.00 WITA.

4.2 Cahayu
      Di tempat ini pengunjung dapat berbelanja aneka makanan khas Bali, seperti kacang rahayu, brem dan lainnya. Sebelum membeli makanan, pembelidapat mencicipi makanan yang sengaja dipersiapkan oleh penjual. Selain makanan Cah Ayu juga menjual pakaian, sandal, gantungan kunci, dan pernak-pernik lainnya. Harga yang ditawarkan pun cukup terjangkau.

4.3 Pasar Seni Sokawati
       Pasar Sokawati merupakan salah satu pasar tradisional yang terletak sekitar 30 km arah timur Denpasar (40 menit perjalanan dari Kuta). Di tempat ini, kita bisa berbelanja sepuas mungkin untuk mendapatkan barang-barang atau benda-benda yang kita inginkan. Pasar ini sangat terkenal di Pulau Bali, banyak para wisatawan baik dalam negeri maupun asing datang ke tempat ini. Di pasar ini, harga yang ditawarkan cukup mahal, tapi anda tak perlu khawatir, karena di tempat ini anda dapat menawar serendah mungkin. Di pasar ini segala jenis batang-barang yang berkaitan dengan mudah. Selain itu disini juga menjual souvenir-souvenir dan pakaian-pakaian khas Bali.
Setiap kios di pasar ini mempunyai sesajen dengan aroma yang khas. Mereka sangat percaya bahwa dengan adanya sesajen artinya kita melakukan sembahyang atau bedoa. Hal itu dilakukan supaya usaha mereka lancar.

4.4 KRISNA BALI
        KRISNA BALI berdiri untuk pertama kalinya pada tanggal 16 Mei 2007 dengan pendirinya bernama Bapak Gusti Ngurah Anom yang sekaligus owner dari COK KONFEKSI, salah satu pusat produksi baju kaos Bali. Dibawah manajemen Cok Konfeksi inilah bermula sehingga pada tahun 2007 berdirilah KRISNA BALI yang bertempat di Jalan Nusa Indah No 79 Denpasar-Bali.
Kini Krisna Bali telah hadir di 2 lokasi lain, yaitu di Jl. Nusa Kambangan dan yang satu lagi sangat mudah dijangkau di Jl. Sunset Road, Legian. Kalau lokasi di jl. Nusa Kambangan, cukup sulit akses ke sana karena sering macet, jalan masuk juga tidak terlalu besar apalagi pakai bus.
Krisna Bali memiliki koleksi yang lengkap mulai dari T-shirt yang lengkap dengan motif-motif khas Bali, souvenir, makanan dan lainnnya.
Lokasi di Jalan Sunset Road menjadikan Krisna Bali sangat mudah diakses. Fasilitas parkir super luas, karena seramai apapun, belum pernah liat penuh parkirnya. Bandingkan dengan Joger yang hampir tidak ada fasilitas parkirnya dan sering bikin area sekitar macet. Sekedar usul sih Joger sepertinya lebih bagus kalau mencari tempat nyaman kaya Krisna.
Fasilitas lain yang dimiliki Krisna Bali adalah ruang belanja yang nyaman, food court, refresh area dan lain-lain. Lengkap kan? Buat yang nunggu istri atau teman belanja, bisa menghabiskan waktu dengan makan dan minum atau duduk-duduk santai.

4.5 Karang Kurnia
       Karang Kurnia merupakan satu-satunya pusat oleh-oleh khas Bali yang menjual produk-produknya dengan harga lebih murah daripada pasar Sukawati. Tanpa proses tawar menawar, kami menjual produk kami dengan harga pas, pasti murah dengan kualitas yang terjamin.
Oleh-oleh yang bisa didapatkan dari Karang Kurnia terdiri dari berbagai pilihan produk-produk yang tentu saja mempunyai unsur dan ciri khas dari pulau bali, antara lain beraneka ragam desain T-Shirt kartun Bali yang diproduksi langsung oleh Karang kurnia, pakaian anak dan dewasa, tas khas bali, aneka sandal, kain pantai, bedcover, pernak-pernik, lukisan, topi bali, celana, berbagai jenis camilan khas bali, dan produk-produk lainnya yang bernuansa Bali.
Karang Kurnia terletak di 2 lokasi, yaitu Karang Kurnia Gatsu yg berlokasi di Jl.Gatot Subroto Barat No. 303 Denpasar, dan Karang Kurnia Kargo yg berlokasi di Jln Kargo/Mahendradatta No.99x Denpasar Bali. Dengan ruang belanja yang luas dan nyaman serta didukung dengan area parkir yang juga luas maka akan memberikan kenyamanan dan kepuasan kepada setiap pengunjung yang datang.























BAB V
PENUTUP


5.1 Simpulan
Setelah menyusun karya tulis ini, penulis menyimpulkan :
• Pulau Bali sangat terkenal di dunia internasional karena memiliki keindahan alam dan seni budaya yang sangat menarik, serta masyarakat Pulau Bali dapat bersatu dengan alam Pulau Bali.
• Meskipun Bali banyak dimasuki oleh orang asing, tetapi masyarakat Pulau Bali dapat terus menjaga kebudayaan asli mereka.
• Obyek-obyek wisata Pulau Bali sangat menarik dan ramai pengunjung, wisatawan tidak hanya dari dalam negeri tetapi juga dari mancanegara.
• Pulau Bali merupakan obyek wisata alam yang sangat menawan, tidak ketinggalan pula wisata belanjanya yang menjajakan hasil seni kerajinan dari daerahnya.
• Pulau Bali merupakan aset daerah yang dapat menambah devisa negara, karena Bali tidak pernah sepi pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri.

5.2 Saran
Setelah mengetahui hasil observasi, penulis menyarankan :
• Hendaknya pemerintah Bali dan masyarakat Bali menjaga kebudayaan Bali yang merupakan bagian dari warisan leluhur bangsa Indonesia.
• Mempromosikan obyek wisata yang ada di Pulau Bali agar wisatawan mancanegara datang ke Indonesia dan dapat menambah devisa negara.
• Pemerintah Bali dan masyarakat Bali hendaknya menjaga keamanan Pulau Bali, agar wisatawan dari dalam maupun luar negeri merasa tenang jika berkunjung ke Bali.

5.3 DAFTAR PUSTAKA


Brosur Tari Barong Wisata. 2012.
Pedoman Penyusun Karya Tulis Siswa SMA Negeri 1 Purwantoro. Purwantoro.
www.google.com
www.wikipedia.com












Total Tayangan Halaman

 

Feedjit

Featured Posts